Jam menunjukkan pukul empat sore, ketika seorang pria muda berjalan dengan wajah berseri-seri menembus antrian mobil dan motor yang berebut parkir di salah satu sudut jalan pasar Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta Pusat. Tangannya menenteng kantong penuh dengan aneka takjil untuk berbuka puasa.
“Beli takjil untuk berbuka, Mbak. Meski rumah agak jauh, tapi belum afdol bila saat puasa tak belanja ke sini, karena sudah tradisi. Lumayan untuk menambah semangat saat berbuka,” tutur Kuntoro yang menemani ibunya berbelanja takjil. “Saya hanya belanja 20 ribuan kok,” lanjutnya senang sambil memamerkan belanjaannya. Dengan uang sebesar itu, dia bisa membawa pulang beberapa buah pastel, dadar gulung, dan es cincau. Cukup untuk semua anggota keluarga.
Terletak di sisi Jalan Sudirman, setiap Ramadan tiba Pasar Benhil bak pasar kaget takjil yang menjual aneka kue dan minuman dengan harga yang relatif murah. Dari pastel, kroket, lemper, dadar gulung, tahu goreng, siomay, otak-otak, hingga tempe mendoan khas Banyumas. Ada pula makanan khas Banjarmasin yaitu kue jongkong kelapa muda, rujak, asinan serta aneka masakan seperti rujak cingur, gudeg, tahu tempe bacem, ikan bakar khas Makassar, masakan Padang, dan masih banyak lagi. “Saya nggak puasa, karena non-muslim. Tapi saya senang ke sini untuk membeli jajanan,” aku Veronica, yang datang bersama teman-teman kantornya.
Hampir semua kios tak pernah sepi dari pembeli. Maklum, lokasinya yang berada di antara gedung perkantoran kawasan Sudirman-Thamrin, membuat pasar ini ideal bagi para pegawai kantor untuk mampir dan berbelanja makanan buka puasa. Mereka berbaur dengan pembeli dari berbagai penjuru Jakarta yang tumpah di sini.
Lalu berapa kira-kira omset para pedagang? Deni, penjual kudapan khas Banjarmasin, sore itu wajahnya dihiasi senyum simpul lantaran dagangannya laris-manis. “Kalau ditanya omset, hari pertama belum bisa dihitung bersih,” akunya. Tapi sebagai gambaran, sejak berjualan pukul 10.00 hingga 17.30 WIB, Deni berhasil menjual kue jongkong kelapa muda sebanyak 250 buah. Kue yang dijual Rp 5.000 per buah itu tersisa 15 alias sudah mengantungi uang Rp 1.175.000. Bila rata2 terjual 225 buah setiap minggunya, maka omset Deni bisa mencapai 31 juta lebih di bulan Ramadan untuk kue jongkong saja. Sementara jualan Deni terdiri dari banyak jenis kue. Tidak mustahil bila omset Deni bisa melambung hingga ratusan juta rupiah di bulan suci ini. Bukan itu saja, penjualan itu belum termasuk empal gepuk khas Bandung yang juga menjadi andalan dagangannya.
Senada dengan Deni, pedagang ikan bakar khas Makassar, mengaku belum bisa menghitung nilai penjualan dan keuntungannya, tapi cukup optimis dengan hasilnya. “Ini baru hari pertama jualan, tapi kita bawa ikan banyak banget. Sekarang Ibu lihat sendiri tinggal berapa biji,” katanya sambil membakar beberapa ekor ikan gurame yang dijual Rp 40.000 per ekor dan kakap Rp 20.000 per ekor. Padahal, di hari biasa penjualannya tak sebanyak ini. “Orang yang belanja takjil, sekalian beli makanan untuk sahur dan buka, jadi yang dibeli bukan kue dan minuman saja,” tambahnya lagi.
Ade, petugas dari Forum Peduli Benhil (FPB) yang mengelola Pasar Takjil Benhil mengungkapkan Takjil Pasar Benhil kali ini sudah merupakan yang ke-11 kali diselenggarakan. “Tujuan kita mengadakan pasar takjil ini awalnya untuk menciptakan peluang bisnis bagi masyarakat sekitar yang ingin menambah penghasilan di bulan Ramadan. Kami juga melibatkan organisasi kemasyarakatan di sini, termasuk Karang Taruna,” tambahnya
Jumlah pedagang saat ini mencapai sekitar 103 penyewa. Mereka bukan hanya berasal dari kawasan Benhil, tapi datang dari berbagai wilayah seperti Depok, Cipinang, Rawamangun, bahkan ada yang dari Bandung. Biasanya para pedagang sudah memesan tempat sejak jauh-jauh hari untuk bisa berdagang di situ. “Sekitar dua bulan sebelum puasa,” jelas Bang Ade. Pedagang tertarik berjualan di sini karena Pasar Takjil Benhil ini sudah sangat terkenal. Selain itu biayanya tidak terlalu mahal, yaitu sekitar Rp 2,5 juta untuk sebulan penuh. “Itu sudah kita kasih meja, tenda dan listrik,” ungkapnya.
“Kalau dibanding tahun lalu, jumlah pedagang relatif stabil. Hampir sama karena kita nggak bisa menambah jumlah pedagang. Ruang untuk lapak terbatas hanya dari depan Pasar Benhil hingga Pangkalan Bemo, itulah sebabnya izin Dinas Perhubungan juga menjadi faktor di sini. ” jelas Bang Ade lagi.
Ini menunjukkan bahwa, meskipun kini pedagang takjil dadakan menjamur di mana-mana, tapi Takjil Pasar Benhil masih eksis sebagai tempat tujuan kuliner Ramadan yang selalu dirindukan warga Jakarta. (Yahoo!/Vista)